Olahraga

Cepi 'Arit': Dari Tarkam ke Sabda Alam, Nyaris ke Proliga

Cepi 'Arit': Dari Tarkam ke Sabda Alam, Nyaris ke Proliga
Cepi 'Arit' dan gelar juara yang diraihnya. (Berandamedia.com)

Berandamedia.com – Dunia voli Garut telah melahirkan banyak pemain berbakat, salah satunya adalah Cepi ‘Arit’, pemuda asal Cipeuteuy, Margawati, Garut Kota. Berbekal tinggi badan 180 cm dan berat 65 kg, ia menempati posisi sebagai open spike, salah satu posisi paling krusial dalam tim voli.

 

Tidak seperti banyak atlet lain yang memulai sejak usia dini, Cepi baru benar-benar menekuni voli secara serius di usia 17 tahun. Namun, keterlambatan itu tidak menghalanginya untuk berkembang pesat. Dengan kerja keras dan tekad yang kuat, ia berhasil menembus persaingan dan bahkan mendapat tawaran dari salah satu klub Proliga, liga voli profesional tertinggi di Indonesia.

Awal Perjalanan: Belajar Voli Sejak 2014, Serius di 2018

Minat Cepi terhadap voli sudah muncul sejak 2014, ketika ia mulai bermain di lapangan kampung bersama teman-temannya. Namun, saat itu ia hanya sekadar bermain untuk mengisi waktu luang dan belum serius menekuni olahraga ini.

Baru pada 2018, ketika mulai mengikuti turnamen antar kampung (tarkam), Cepi benar-benar merasakan atmosfer kompetisi sesungguhnya. Tarkam bukan hanya ajang hiburan, tetapi juga tempat para pemain berbakat menempa diri.

"Di tarkam, saya belajar banyak. Lawan-lawan yang lebih berpengalaman memaksa saya untuk berpikir lebih cerdas, bergerak lebih cepat, dan bekerja lebih keras," kata Cepi mengenang masa-masa awalnya.

1000128123.jpg
Cepi 'Arit', atlet bola voli kenamaan asal Garut. (Foto: dok.pribadi/Berandamedia.com)

 

Titik Balik: Bertemu Fiat Alvaro dan Bergabung dengan Sabda Alam

Salah satu momen paling berkesan bagi Cepi adalah ketika pertama kali bertemu dengan Fiat Alvaro, pemain voli berbakat yang sudah lebih dulu dikenal di Garut.

"Saat pertama kali bertemu Piat, ada perasaan berkecamuk. Saya kagum, tapi di sisi lain, saya ingin membuktikan bahwa saya juga bisa bersaing dan berkembang," ujar Cepi.

Dorongan untuk berkembang akhirnya membawanya ke Sabda Alam, klub voli legendaris Garut yang telah banyak melahirkan pemain hebat. Klub ini berada di bawah asuhan alm. H. Haris, sosok yang dikenal sebagai pembina voli berpengalaman.

Di Sabda Alam, Cepi merasakan perubahan besar dalam cara bermainnya. Ia mendapat latihan yang lebih terstruktur, mulai dari teknik dasar yang lebih tajam, strategi bermain yang lebih matang, hingga peningkatan kondisi fisik.

"Di Sabda Alam, saya belajar arti disiplin, kerja sama tim, dan mental juara. Latihannya jauh lebih berat daripada saat saya main tarkam, tapi justru itulah yang membentuk saya," tambahnya.

Sebagai open spike, Cepi harus memiliki lompatan tinggi, pukulan keras, dan kemampuan membaca blok lawan. Di bawah bimbingan Sabda Alam, kemampuannya di posisi ini semakin berkembang pesat.

Menjelajahi Indonesia: Bertanding di Berbagai Kota

Setelah bergabung dengan Sabda Alam, karier Cepi semakin menanjak. Ia mulai berkeliling ke berbagai kota di Indonesia untuk bertanding dalam berbagai turnamen. Dari satu pertandingan ke pertandingan lain, ia semakin mengenal atmosfer kompetisi yang lebih besar dan beragam.

"Main di luar kota itu pengalaman yang luar biasa. Saya belajar bagaimana menghadapi lawan dari berbagai daerah dengan gaya permainan yang berbeda," katanya.

Selain bertanding, perjalanan ini juga memperluas wawasannya tentang dunia voli nasional. Ia bertemu dengan banyak pemain berbakat lainnya, berbagi pengalaman, dan terus memperbaiki kemampuannya.

Nyaris ke Proliga: Kesempatan yang Belum Terwujud

Perjalanan Cepi yang penuh kerja keras akhirnya membuahkan hasil. Salah satu klub Proliga sempat menawarinya kontrak untuk bergabung, sebuah pencapaian yang menjadi impian banyak pemain voli di Indonesia. Namun, karena beberapa pertimbangan pribadi, Cepi akhirnya belum bisa menerima tawaran tersebut.

"Ada beberapa faktor yang membuat saya belum bisa mengambil kesempatan itu. Tapi saya tidak menganggapnya sebagai kegagalan, melainkan tantangan untuk terus berkembang agar kesempatan seperti itu datang lagi di masa depan," ujar Cepi dengan optimis.

Pesan untuk Atlet Muda: "Jangan Takut Bermimpi"

Sebagai pemain yang memulai kariernya dari nol, Cepi memahami betul betapa sulitnya meniti jalan di dunia voli. Karena itu, ia ingin berbagi pesan kepada para atlet muda yang masih berjuang meraih mimpi mereka.

"Jangan pernah takut untuk bermimpi besar. Tidak ada kata terlambat untuk memulai, yang penting adalah kerja keras, disiplin, dan mental pantang menyerah," tegasnya.

Cepi juga menekankan bahwa keberhasilan di dunia olahraga bukan hanya soal bakat, tetapi juga soal ketekunan dan keberanian untuk terus mencoba.

"Dulu saya cuma anak kampung yang main voli di lapangan tanah, tapi sekarang saya bisa bertanding di berbagai kota. Kalau saya bisa, kalian juga bisa," katanya dengan semangat.

Masa Depan Cepi ‘Arit’ di Dunia Voli

Meski belum sempat mencicipi atmosfer Proliga, Cepi tetap bertekad untuk terus berkembang. Ia masih berlatih keras, menjaga performanya, dan membuka diri terhadap kesempatan yang mungkin datang di masa depan.

"Dulu saya hanya main tarkam, sekarang saya sudah bisa bersaing di level yang lebih tinggi. Saya yakin, kalau saya terus bekerja keras, saya bisa mencapai lebih banyak lagi," tutupnya.

Perjalanan Cepi ‘Arit’ menjadi bukti bahwa mimpi bisa diwujudkan oleh siapa saja, asalkan ada kerja keras, disiplin, dan tekad yang kuat. Siapa tahu, dalam beberapa tahun ke depan, namanya akan menghiasi daftar pemain terbaik di Indonesia. (*)

0 Komentar :

Belum ada komentar.