Oleh: Ridzky Ridznurdhin
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Garut
Bulan Ramadan merupakan momen penuh berkah bagi umat Muslim, tidak hanya sebagai kesempatan untuk meningkatkan kualitas ibadah, tetapi juga sebagai peluang bagi pelaku usaha mikro untuk meningkatkan pendapatan. Setiap datangnya bulan Ramadan, banyak masyarakat yang memanfaatkan momen ini untuk menjalankan usaha musiman. Dengan model bisnis yang tidak memerlukan modal besar, banyak pelaku usaha dapat menjalankan bisnisnya secara mandiri tanpa bergantung pada lembaga keuangan.
Fenomena ini terjadi karena meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap berbagai produk, seperti makanan untuk berbuka puasa, pakaian, serta barang dan jasa yang berkaitan dengan kebutuhan Ramadan dan perayaan Idulfitri. Tradisi berbuka puasa bersama dengan keluarga, teman, atau rekan bisnis juga turut meningkatkan pengeluaran masyarakat. Selain itu, para produsen berlomba-lomba menawarkan promosi dan diskon selama bulan suci untuk menarik lebih banyak konsumen.
Dampak Peningkatan Konsumsi terhadap Inflasi
Kenaikan permintaan terhadap bahan makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya sering kali berdampak pada naiknya harga barang dan jasa, yang berkontribusi terhadap inflasi. Peredaran uang di masyarakat yang meningkat akibat adanya bonus atau Tunjangan Hari Raya (THR) turut memengaruhi keputusan pembelian. Selain itu, perilaku panic buying, di mana masyarakat membeli atau memborong barang tertentu karena kekhawatiran kehabisan stok, juga mendorong lonjakan harga.
Tak jarang, kondisi ini dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk melakukan penimbunan barang atau menyebarkan disinformasi tentang kelangkaan suatu produk. Jika masyarakat tidak mengendalikan pola belanja, lonjakan inflasi bisa semakin tinggi, yang pada akhirnya berdampak pada daya beli masyarakat, terutama kelompok berpenghasilan rendah. Oleh karena itu, menahan hawa nafsu berbelanja tidak hanya bermanfaat bagi keuangan pribadi tetapi juga berkontribusi dalam menjaga stabilitas ekonomi secara lebih luas.
Langkah Bijak dalam Berbelanja di Bulan Ramadan
Agar pola konsumsi yang tinggi tidak hanya terjadi saat Ramadan, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:
-
Membuat Anggaran dan Prioritas Belanja
Menyusun daftar belanja yang disesuaikan dengan kebutuhan utama akan membantu menghindari pemborosan dan belanja impulsif. -
Memastikan Kebutuhan vs. Keinginan
Sebelum melakukan pembelian, penting untuk mempertimbangkan apakah barang yang dibeli benar-benar diperlukan atau hanya sekadar dorongan emosional sesaat. -
Mengedepankan Kesederhanaan dan Berbagi
Ramadan adalah bulan yang mengajarkan kesederhanaan dan kepedulian terhadap sesama. Memilih untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan sekadar memenuhi keinginan konsumtif.
Mendorong Keberlanjutan Ekonomi Pasca-Ramadan
Bulan Ramadan menjadi periode emas bagi pertumbuhan usaha mikro dan perputaran ekonomi lokal. Namun, tantangan berikutnya adalah bagaimana menciptakan kondisi serupa di waktu lain agar bisnis tetap berkelanjutan. Dengan strategi yang tepat dari pemerintah, pemangku kepentingan, serta dukungan masyarakat, pola konsumsi yang tinggi tidak hanya terbatas pada bulan Ramadan, tetapi juga dapat berlangsung sepanjang tahun.
Mengelola pola konsumsi dengan bijak bukan hanya tentang menjaga keseimbangan keuangan pribadi, tetapi juga berkontribusi terhadap stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Dengan sikap yang lebih disiplin dalam berbelanja, masyarakat dapat membantu menekan inflasi serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Selamat menjalankan ibadah puasa dan menyambut Idulfitri 1446 H. Semoga Ramadan ini membawa berkah dan kedamaian bagi kita semua.
0 Komentar :
Belum ada komentar.