Oleh: Fajar Santika aka DPanji*
Ketika nanti pasangan Abdusy Syakur Amin dan Putri Karlina resmi memimpin Kabupaten Garut, mereka membawa janji besar yang menyulut harapan masyarakat: menciptakan 100 ribu lapangan kerja.
Sebuah janji yang menggema di tengah keprihatinan warga akan sulitnya mencari pekerjaan dan ketidakpastian ekonomi. Namun, janji besar ini juga membawa pertanyaan: bagaimana mereka akan mewujudkannya?
Garut, dengan segala keindahan alam dan potensi sumber daya manusianya, sebenarnya memiliki banyak peluang yang belum tergarap.
Namun, selama ini masyarakat dihadapkan pada masalah yang sama, dari waktu ke waktu: kurangnya akses pendidikan yang relevan dengan dunia kerja, infrastruktur yang jauh dari memadai, dan minimnya perhatian untuk sektor-sektor yang sebenarnya bisa menjadi penggerak ekonomi.
Program menciptakan 100 ribu lapangan kerja ini, jika dikelola dengan baik, tentu bisa menjadi solusi bagi banyak keluarga di Garut.
Seorang ibu di pelosok desa yang selama ini bergantung pada hasil tani, seorang pemuda yang putus sekolah karena tak mampu melanjutkan pendidikan, hingga para pengrajin kecil yang berjuang di tengah persaingan pasar—mereka semua adalah wajah-wajah yang mungkin bisa tersenyum lebih lega jika program ini berhasil.
Namun, di balik harapan itu, ada tantangan yang tidak kecil. Saya teringat obrolan dengan seorang teman yang bekerja di sektor UMKM di Garut.
Ia bercerita tentang betapa sulitnya mengembangkan usaha karena akses jalan yang buruk dan kurangnya dukungan modal. Katanya, “Kami cuma butuh perhatian lebih dari pemerintah, mas. Kalau infrastruktur bagus, saya yakin usaha kecil-kecil ini bisa maju.”
Cerita teman saya itu hanya salah satu dari banyak kisah serupa. Infrastruktur adalah masalah mendasar yang sering kali dianggap sepele, padahal dampaknya begitu besar.
Jika Syakur-Putri benar-benar ingin mewujudkan janji mereka, memperbaiki jalan-jalan rusak di wilayah-wilayah pedesaan adalah langkah awal yang tak bisa dihindari.
Selain itu, masyarakat Garut juga butuh keahlian baru. Dunia berubah, dan lapangan pekerjaan pun ikut berubah. Pelatihan keterampilan bagi masyarakat menjadi hal yang krusial.
Bagaimana seorang petani bisa beradaptasi dengan teknologi pertanian modern?
Bagaimana seorang pemuda desa bisa belajar keahlian digital untuk bersaing di pasar kerja? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh pemerintah baru.
Di sisi lain, ada potensi besar di sektor pariwisata Garut yang belum tergarap maksimal.
Bayangkan jika destinasi wisata lokal seperti Kampung Sampireun atau Kawah Kamojang bisa dikelola lebih profesional dengan melibatkan masyarakat setempat. Tidak hanya wisatawan yang akan datang lebih banyak, tetapi juga lapangan pekerjaan baru akan tercipta.
Namun, yang lebih penting dari semua itu adalah keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat kecil. Tidak semua orang bisa langsung merasakan manfaat dari kebijakan besar.
Mungkin akan ada pengusaha yang marah karena kebijakan lebih berpihak pada rakyat kecil, atau mungkin akan ada kritik tajam terhadap program yang dianggap lambat.
Tetapi keberanian untuk mengambil keputusan yang benar, meski tidak populer, adalah hal yang dibutuhkan Garut saat ini. Masyarakat Garut sudah terlalu lama menunggu.
Menunggu jalan yang lebih baik, pendidikan yang layak, peluang kerja yang nyata, dan pemerintah yang mendengar keluhan mereka. Program 100 ribu lapangan kerja ini adalah harapan besar, tetapi juga tanggung jawab yang berat.
Jika Syakur-Putri bisa mendengar langsung suara rakyat kecil, seperti teman saya yang hanya ingin jalan yang baik untuk usahanya, atau seorang ibu yang ingin anaknya memiliki pekerjaan yang layak, maka program ini bisa lebih dari sekadar angka. Program ini bisa menjadi tonggak perubahan yang nyata bagi Garut.
Tentu, janji ini tidak akan mudah diwujudkan. Tetapi, harapan masyarakat Garut selalu ada. Kita semua ingin melihat pemimpin yang tidak hanya menjanjikan, tetapi juga bekerja keras untuk mewujudkan janji itu.
Dan kita, sebagai bagian dari masyarakat Garut, harus mendukung, mengkritisi, dan terus mengingatkan mereka, agar janji itu benar-benar menjadi kenyataan. (*)
* Fajar Santika aka DPanji, warga Garut dan pengusaha lokal.
0 Komentar :
Belum ada komentar.