Berandamedia.com - Di tengah arus modernisasi yang melaju cepat di Kota Garut, terselip sebuah kampung yang tetap setia merawat semangat olahraga rakyat: Kampung Ciguruik, Desa Cimuncang, Kecamatan Garut Kota.
Kampung kecil ini tak hanya menyimpan keteduhan alam, tetapi juga menyimpan bara semangat yang menyala dalam bentuk olahraga bola voli. Tak heran jika Ciguruik mulai dijuluki “Kampung Voli”.
Salah satu figur yang menjadi motor penggerak geliat voli di Ciguruik adalah Hobir Acil, pelatih muda yang mengabdikan dirinya untuk melatih generasi baru atlet voli di Akademi Bola Voli AA Garut.
Meski berasal dari latar belakang yang sederhana, Hobir menunjukkan bahwa semangat dan pengabdian bisa menggerakkan perubahan.
“Saya cuma ingin adik-adik di kampung punya kesempatan besar lewat voli. Biar mereka nggak hanya main HP di rumah, tapi juga punya semangat juang di lapang,” ujar Hobir, sambil tersenyum di tengah sesi latihan sore bersama anak-anak di lapangan kampung.
Dedikasi Hobir bukan hanya membangun teknik, tetapi juga membentuk karakter. Ia melatih dengan pendekatan persaudaraan, sambil menyelipkan nilai-nilai kedisiplinan dan sportivitas.
Dari sikapnya yang rendah hati dan totalitasnya sebagai pelatih, kampung kelahirannya kini menjadi daya tarik baru bagi calon atlet dari berbagai wilayah Garut.
Direktur Akademi AA Garut, Fajar Santika alias DPanji, mengakui peran penting Hobir dalam pengembangan akademi. “Hobir bukan hanya melatih, dia juga menjadi jembatan antara semangat kampung dan sistem modern. Kampung Voli harus kita hidupkan dengan sistem digitalisasi dan tata kelola yang profesional,” tegas DPanji.
Dengan sistem pelatihan yang terus diperbaiki, digitalisasi profil atlet, dan pembinaan berjenjang berbasis kelompok umur,
Akademi AA Garut mencoba memadukan semangat lokal dengan ekosistem profesional. Tak hanya sekadar bermain, para calon atlet kini punya jalur pembinaan dan pengembangan yang jelas.
“Kami percaya, revolusi olahraga bisa lahir dari desa. Kampung-kampung seperti Ciguruik bukan hanya jadi sumber bakat, tapi juga simbol kebangkitan olahraga akar rumput. Hobir adalah contoh nyata dari itu," tambah DPanji.
Seiring waktu, Ciguruik pun berubah. Lapangan sederhana yang dulu hanya jadi tempat bermain kini menjadi titik berkumpul harapan baru.
Anak-anak dari kampung lain ikut berlatih. Para orang tua mendukung. Masyarakat mulai melihat olahraga bukan sekadar hobi, tapi sebagai peluang dan masa depan.
“Dulu mah Ciguruik dikenal biasa saja, sekarang anak-anak kecil udah bisa sebut ‘aku mau jadi atlet AA Garut’. Itu luar biasa,” ucap Hobir.
Dengan semangat gotong royong dan dukungan sistem dari Akademi AA Garut, Ciguruik kini bukan hanya kampung biasa, tapi simbol bahwa olahraga bisa tumbuh dari tanah yang sederhana, diasuh oleh tangan yang tulus, dan disinari cita-cita besar. (*)
0 Komentar :
Belum ada komentar.