Berandamedia.com - Di balik dinding industrial studio Bolanfilms yang kini berdiri gagah di Jalan Patriot No. 54 Garut, sebuah gagasan besar tengah diracik pelan-pelan oleh sang pemilik, Usepdeni Bolan.
Setelah lebih dari dua dekade berkecimpung di dunia produksi foto dan video, Bolan merasa sudah saatnya membuka pintu lebih lebar, bukan lagi untuk menerima klien, tapi untuk menyambut para pembelajar.
Ia tengah menyiapkan sesuatu yang belum pernah ada di Garut sebelumnya: lembaga pelatihan multimedia berbasis praktik nyata, yang dibangun dari pengalaman, bukan sekadar kurikulum.
“Udah lama sebenernya kepikiran,” ungkap Bolan, santai tapi penuh makna. “Banyak anak-anak muda datang ke sini. Nanya-nanya soal kamera, editing, lighting. Mereka pengen belajar, tapi bingung mau mulai dari mana. Saya pikir, kenapa nggak sekalian aja kita siapkan tempat belajarnya?”
Keinginan itu bukan datang dari ambisi, melainkan dari rasa tanggung jawab. Menurut Bolan, industri konten kini bukan lagi sekadar tren, tapi sudah menjadi bagian dari kebutuhan zaman.
Sayangnya, di Garut dan kota-kota sejenis, akses terhadap pendidikan kreatif masih sangat terbatas. “Kalau mau belajar serius, harus ke Bandung atau Jakarta. Padahal potensi di sini gede banget,” katanya.
Apa yang ia bayangkan bukan sekadar ruang kelas dengan proyektor dan whiteboard. Ia ingin membuat studio terbuka, tempat orang bisa belajar sambil praktik langsung.
Mereka bisa ikut syuting, menyusun naskah, pegang alat, bahkan ikut meeting klien. Semua dilakukan dengan pendekatan real project. “Saya percaya belajar itu harus terasa. Harus dirasain deg-degannya, capeknya, senengnya waktu klien bilang ‘keren!’ Itu yang bikin mereka jadi siap,” tutur Bolan.
Lembaga ini nantinya akan terbuka bagi siapa saja. Anak SMK, mahasiswa, freelancer, bahkan karyawan yang ingin pindah jalur. Ada kelas dasar untuk mengenal alat dan software, ada juga kelas lanjutan untuk produksi konten profesional.
Tak ketinggalan, Bolan juga ingin menanamkan nilai-nilai kerja kreatif yang selama ini ia pegang teguh: karakter, disiplin, kepekaan, dan tentu saja rasa.
Lebih jauh dari itu, Bolan berharap tempat ini bisa melahirkan talenta-talenta yang bukan hanya jago teknis, tapi juga punya visi.
Ia membayangkan suatu hari nanti, karya anak-anak Garut bisa bersaing di tingkat nasional, atau bahkan internasional. “Kita ini kaya. Kaya budaya, kaya cerita, kaya warna. Tinggal bagaimana kita rekam dan kemas dengan cara yang menarik,” ujarnya penuh keyakinan.
Sebagai studio yang sudah malang melintang hingga proyek-proyek BUMN dan kementerian, Bolanfilms punya semua sumber daya untuk menjadikan ini nyata.
Bahkan, beberapa rekanan dan partner kliennya pun sudah menyatakan dukungan. Tapi bagi Bolan, yang paling penting bukan soal besar kecilnya fasilitas, melainkan niat untuk membuka jalan.
“Ini bukan soal saya bisa apa, tapi soal kita mau mulai dari mana. Kalau dari Garut bisa lahir videografer hebat, animator keren, atau content creator yang punya kelas, itu luar biasa. Dan kita bisa mulai dari sini, dari studio kecil yang isinya orang-orang penuh semangat,” katanya, menatap langit-langit studionya yang tinggi dan terang.
Rencana itu kini berjalan pelan tapi pasti. Tim Bolanfilms sedang menyusun silabus, menata ruang, dan merancang skema kolaborasi dengan komunitas-komunitas lokal.
Bolan sendiri tak ingin buru-buru. Ia ingin semuanya matang, membumi, dan benar-benar bermanfaat. Bukan sekadar lembaga pelatihan, tapi rumah belajar bagi kreativitas Garut yang selama ini belum mendapat tempatnya sendiri.
Dan ketika nanti lembaga itu resmi dibuka, ia berharap tak hanya membuka kelas, tapi membuka harapan. Sebab bagi Bolan, berbagi ilmu bukan sekadar pengabdian, tapi cara paling nyata untuk memastikan bahwa mimpi-mimpi besar bisa dimulai dari kampung halaman. (*)
0 Komentar :
Belum ada komentar.